Sabtu, 20 April 2019

Plagiarism Checker

Dunia Akademik semakin memperketat aturan penulisan terutama berkaitan dengan plagiasi karena banyaknya artikel yang terpublikasi. Disatu sisi, banyaknya publikasi artikel mempermudah para penulis mendapatkan referensi (rujukan) dan disisi lainnya, hal ini menimbulkan dampak negatif berupa pragmatisme dalam menulis.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka banyak bermunculan software mengenai pemeriksaaan plariarisme (plagiarism checker) dan satu diantaranya adalah berikut ini.





Download Plagiarism Checker
tested through win10-64 bit. 20 April 2019.

Rabu, 25 April 2018

Semangat Persatuan yang Tak Akan Pudar dari Pelajar Indonesia di Tiongkok*[1]


Terhitung sejak tanggal 1 April 2018, seluruh pelajar (Putra-Putri Bangsa) Indonesia yang berada di Tiongkok telah digemparkan oleh pemberitaan di salah satu media massa yang memuat berita dengan judul “Di Cina, Pelajar Indonesia Dapat Pelajaran Ideologi Komunis[1]. Judul pemberitaan tersebut telah berhasil membuat resah para pelajar Indonesia di China yang diketahui melalui aktif-nya beberapa grup media sosial yang dimiliki oleh pelajar Indonesia di Tiongkok.
Spekulasi-pun tumbuh seiring dengan munculnya pemberitaan tersebut, namun satu hal yang membuat kami bangga (terkhusus saya pribadi) sebagai pelajar Indonesia di negeri orang adalah sikap untuk tidak saling menyalahkan bahkan lebih mengarah kepada mencari kebenaran atas pemberitaan yang muncul.
Satu sikap yang patut mendapatkan apresiasi besar dari semua pihak bahwa di sinilah, di negara orang (di negara Tiongkok), ternyata putra-putri Bangsa Indonesia dari generasi muda mampu menjaga persatuan dan kesatuan yang selama ini telah terbangun dengan kokoh. Sikap yang menunjukkan persatuan tersebut membuahkan hasil berupa tanggapan organisasi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok terhadap pemberitaan “kurang sedap” yang telah dimuat di media massa yang sama dengan yang memberitakan sebelumnya[2]. Sebelumnya, sanggahan dan sikap keberatan juga telah dilakukan oleh salah satu cabang Ormas Islam Indonesia yakni Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok yang telah dimuat pada media massa yang sama sehari sebelumnya yakni pada tanggal 3 Maret 2018[3].
Berbicara lebih jauh mengenai perwujudan rasa persatuan dan kesatuan yang terbangun di kalangan pemuda/pemudi Indonesia di negeri Tiongkok serta berpegang teguh pada ajaran Islam telah mampu menghilangkan potensi konflik horizontal yang (mungkin saja) hendak diciptakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Andai saja rasa persatuan dan kesatuan ini tidak atau bahkan belum sempat terbangun, maka yang akan terjadi adalah satu pihak akan menyalahkan pihak lainnya dan konflik horizontal pun akan terjadi. Namun di sinilah kami para pelajar Indonesia mampu memaknai perbedaan sebagai kekuatan dan bukan sebagai kelemahan. Walaupun dengan perbedaan pada latar belakang organisasi, suku, agama, warna kulit, jenjang pendidikan ataupun perbedaan lainnya, namun telah tercermin sikap elegan untuk menjunjung semangat persatuan dimana semangat persatuan ini tidak akan pernah muncul tanpa kesadaran akan arti ke-Bhineka-an dan besarnya ghirah untuk tetap menjalin tali ukhuwah. 
Belajar memang merupakan kewajiban bagi setiap pelajar, akan tetapi memaknai kata “belajar” tidak dapat hanya sebatas pada kegiatan mempelajari literatur perkuliahan semata, karena di dalam kehidupan ini, kami (generasi muda) juga masih harus banyak belajar mengenai kehidupan yang salah satunya adalah bagaimana untuk tetap menjaga tali persaudaraan dan persatuan di negara orang.  Dalam hal ini, PPIT memiliki peran sebagai pemersatu untuk tetap menjalankan tali ukhuwah yang terbukti dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan.
Salah satu kegiatan yang dapat saya sampaikan pada tulisan ini adalah kegiatan culture festival yang diselenggarakan secara periodik oleh kampus-kampus di Tiongkok. PPIT terkhusus cabang Wuhan akan berpartisipasi aktif dengan menampilkan tarian yang berasal dari Provinsi Aceh yaitu Tari Saman. Keputusan untuk memilih tari saman sebagai bagian dari pertunjukan yang akan ditampilkan oleh PPIT Cabang Wuhan tidak dapat dipisahkan dari filosofi yang terkandung di dalamnya tentang persatuan[4]. Perpaduan dan harmonisasi gerakan-gerakannya mampu menghasilkan decak kagum bagi para penontonnya sebagaimana para pelajar dari negara lain menunjukkan kekaguman mereka kepada pelajar Indonesia akan keragaman yang kita miliki namun tetap terbingkai dalam kerangka ke-Bhineka-an.
Di saat culture festival diselenggarakan, akan tampak wajah-wajah yang berasal dari berbagai suku di Indonesia namun mereka mampu memperlihatkan bagaimana semangat persatuan dan kekompakan terjalin sehingga tersiratkan kesinambungan dan harmonika akan persatuan pemuda/pemudi Indonesia di negeri Tiongkok. Cerminan persatuan ini juga tampak dari para anggota tari saman yang tidak seluruhnya berasal dari Aceh. Bahkan banyak dari mereka yang (sebelumnya) tidak mengetahui dan memahami bagaimana tari saman dilakukan. Namun realita akan persatuan telah berbicara sehingga kekompakan pun terjadi di dalam latihan dan pada saat pertunjukan berlangsung.
Masih banyak pula kegiatan lainnya yang dilakukan oleh pemuda/pemudi pelajar Indonesia di negeri Tiongkok dalam rangka menjaga tali persaudaraan dan kesatuan bangsa, serta tanpa adanya rasa malu atau sungkan untuk menunjukkan wujud ke-Bhineka-an yang terbungkus dalam kesatuan (Ika) di hadapan pelajar dari negara lain sebagaimana yang tertulis dalam Lambang Garuda Negara Indonesia, “Bhineka Tunggal Ika”.

                                                                                               Wuhan, 05 April 2018

*penulis (Nugroho Suryo B.)
Mahasiswa PhD Huazhong University of Science and Technology (HUST) dan Ketua International Scholar Research Collaboration (ISRC).
[1] diterbitkan pula di https://www.kabarmutiongkok.org/berita/semangat-persatuan-yang-tak-akan-pudar-dari-pelajar-indonesia-di-tiongkok




[1] http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/18/04/02/p6h8j0396-di-cina-pelajar-indonesia-dapat-pelajaran-ideologi-komunis. Diakses 3 Maret 2018 pukul 15:40 waktu Kota Wuhan, Provinsi Hubei, P.R.China (Tiongkok).
[2] http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/18/04/02/p6islz428-pengurus-nu-tak-ada-ajaran-komunisme-di-cina. Diakses 3 Maret 2018 pukul 15:53 waktu Kota Wuhan, Provinsi Hubei, P.R. China (Tiongkok).
[3] http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/18/04/02/p6islz428-pengurus-nu-tak-ada-ajaran-komunisme-di-cina. Diakses 3 Maret 2018 pukul 16:02 waktu Kota Wuhan, Provinsi Hubei, P.R. China (Tiongkok).
[4] http://lpsn.org/node/252, diakses 5 April 2018.

Minggu, 08 November 2015

Antara Masyarakat yang Pandai atau Pemerintahan yang Kuat

Sebuah pertanyaan dapat saja muncul sangat sederhana ketika membahas permasalahan negara seperti: manakah yang lebih di butuhkan? Masyarakat yang pandai atau Pemerintahan yang kuat? Tentu hal ini terkait dengan pembangunan sebuah negara dan dibahas dalam sudut pandang yang sempit. Sudut pandang yang sempit tidak berarti diterjemahkan sebagai sudut pandang yang mengedepankan egois, akan tetapi lebih mengarah kepada sudut pandang yang memiliki banyak batasan dalam melihatnya (perspektif).
Pertanyaan ini berangkat dari pengalaman ketika berada dan hidup secara langsung di lingkungan China dengan obyek di Kota Wuhan. Sekiranya ini dapat mewakili karena posisi Kota Wuhan adalah kota besar disamping memang sebagai Ibu Kota Provinsi Hubei, China.  Diskusi ringan ini akan berawal dari kondisi China untuk kemudian melihat fenomena lebih dalam dengan membandingkan kondisi di Indonesia. Tujuan yang diinginkan bukanlah perdebatan namun lebih kepada penyebaran informasi mengenai kondisi dua daerah yaitu Indonesia dan China walaupun hal ini dipahami tidak dapat di generalisir.
Kondisi di China dengan segala kemegahan yang ada telah membuktikan pada dunia bahwa saat ini memang China layak berada pada posisi perekonomian no.2 di dunia. Infrastruktur yang memadai, hukum yang ditegakkan, iklim bisnis yang tercipta dengan baik dan lain sebagainya. Bukan berarti semua itu tanpa kekurangan, tentu saja kita semua sepakat bahwa tidak ada yang sempurna 100% di dunia ini. Akan tetapi, apa yang China bangun sejak jaman reformasi yaitu sejak jaman Mao Tze Dong, tampak dalam kurun waktu 70 tahun ini yakni tahun 2015. Hal yang perlu diperhatikan adalah, dapat dikatakan bahwa “China merdeka dari dirinya sendiri”.
Mengapa dapat dikatakan demikian? Bisa kita lihat lebih dalam bahwa perang saudara atau perang antar etnics di china telah terjadi sejak lama dan sejak rezim reformasi berjalan, China mulai membangun semuanya atas kesadaran membangun bangsa. Bisa dilihat bagaimana Indonesia lebih dahulu memiliki perusahaan galangan kapal atau industry yang membuat kapal, jalan tol dan lain sebagainya. Kita mengetahui bahwa Indonesia memiliki hal tersebut lebih dahulu ketimbang China.
Keterbukaan informasi pun menjadi salah satu hal yang turut membangun suatu bangsa, namun bukan keterbukaan yang tanpa aturan serta bukanlah keterbukaan yang bersifat demolish atau destructive. Selian itu, juga diketahui bahwa dengan populasi yang mencapai 1.2 miliar tentu akan menghabiskan banyak biaya untuk hal-hal yang bersifat social, kesehatan dan pendidikan. Dapat dibayangkan apabila China menerapkan wajib belajar 12 tahun sebagaimana Indonesia, tentu saja hal ini menghabiskan biaya yang sangat besar terlebih posisi China yang berada di daerah sub-tropis dengan 4 iklim-nya menjadikan biaya social dan kesehatan jauh lebih besar dari pada Indonesia. Namun mengapa dalam kurun waktu 70 tahun, China dapat membangun bangsa ini secara apik? Itu merupakan pertanyaan besar yang selama ini bergumam di kepala saya. Apakah China di bangun oleh orang-orang yang pintar semuanya? Di satu sisi, tentu saja, namun bagiamanakah dengan factor lainnya?
Di sisi lain, Indonesia adalah negara yang merdeka dari penjajahan Asing yakni Belanda selama 350 tahun lamanya. Bukan berarti Indonesia tidak belajar dari apa yang dilakukan oleh penjajah yakni Inggris, Belanda, Jepang dan Portugis. Kemerdekaan yang direbut dari bangsa asing pasti membutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Akan tetapi, bagaimana dengan negara yang merdeka dari dirinya sendiri? Apakah itu juga hal yang mudah?
Setelah memasuki usia kemerdekaan yang sama yakni 70 tahun, terbukti bahwa kedua negara memiliki peran besar sebagai emerging market di 2015. Namun tentu saja terdapat perbedaan yakni China lebih dipandang dari pada Indonesia, tetapi tidak diterjemahkan secara otomatis bahwa Indonesia dianggap sebelah mata. Mengapa demikian?
Kita lihat bahwa era kepemimpinan manta Presiden B.J. Habibie, diketahui bahwa itulah masa dimana Indonesia mengalami kebangkitan teknologi yang ditakuti oleh banyak negara di dunia. Orang  pintar berasal dari Indonesia banyak diakui oleh dunia saat ini pula. Namun, setelah mereke menyelesaikan tingkat studinya, kemanakah mereka kembali? Ke Indonesia? Mayoritas dari mereka memilih untuk bekerja di luar negeri dengan alasan bahwa di luar negeri, ilmu mereka lebih di hargai dari pada di dalam negeri.
Carut marut politik yang terjadi selama ini menjadikan Indonesia lebih tidak berdaya ketimbang China yang memiliki komitmen lebih terhadap membangun sebuah negara. Apa yang dimiliki oleh Indonesia di awal, tidak dapat ditindaklanjuti lebih dalam dibandingkan langkah “pelan namun pasti” oleh China. Apakah ini dapat dikatakan bahwa China juga belajar dari Indonesia? Silahkan anda berpendapat sendiri, karena hal ini juga terjadi pada Malaysia.
Indonesia memiliki pusat kajian atom yang telah di bangun di tahun 1950-an dan hingga saat ini belum ada realisasi untuk membangun pusat tenaga listrik berasal dari atom. Tentu saja ini akan menjadi perdebatan panjang. Namun  logika saya mengatakan, jika atom berbahaya, bukankah negara-negara sebagaimana Jepang, Amerika, Perancis dan lain-lain tidak akan melanjutkan proyek tersebut?. Mobil nasional sebagaimana yang pernah di era mantan Presiden Soeharto kini tak lagi terdengan suaranya kecuali di bursa mobil seken. Pesawat Gatotkaca N250 pun tak lagi terdengar dengung mesinnya namun kabar  baiknya adalah generasi penerus B.J. Habibie masih mau melanjutkan dan akan merilis pesawat serupa yakni pesawat baling-baling di saat China sudah berani me-launching pesawat jet komersiil. Bukan berarti kita tidak mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh putra bangsa Indonesia, karena secar logika pula, strategi pasar yang dibangun oleh putra B.J.Habibie sangat cerdas yakni membidik pasar yang tidak akan bersaing secara ketat. Itu merupakan langkah awal kemajuan yang harus di apresiasi, namun tidak hanya oleh segelintir ilmuan (tapi seharusnya juga oleh seluruh elemen masyarakat di Indonesia).
TIdak berhenti sampai disini, bahwa sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia bukanlah sumber daya alam yang akan habis dalam kurun waktu 10-20 tahun ke depan. Lebih dari itu, Indonesia punya sesuatu yang lebih di dalamnya. Namun bagaimanakah pengelolaannya? Pertanyaan ini (menurut saya) tidak akan dapat di jawab secara mudah oleh siapapun.
Indonesia memiliki orang pintar dan orang hebat dalam jumlah banyak, akan tetapi dapat dikatakan bahwa China memiliki pemerintahan yang kuat untuk mengontrol seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat. Masyarakat China memiliki pendirian yang kuat untuk membangun bangsa menjadi lebih kuat dan ketekunan dalam hal belajar demi masa depan yang lebih baik dan Indonesia memiliki segelintir orang yang mau bekerja membangun  bangsa namun juga memiliki segerombolan individu dan kelompok yang mencoba dan hidup dari “memancing di air yang keruh”.
Mental seperti ini di kenal dengan istilah “mental tempe” yang kita semua mengetahui makna di balik kata itu. Generasi muda, adalah generasi penerus  bangsa yang kemandirian, kemajuan dan keberhasilan bangsa berada di pundak mereka. Negara manapun akan kebingungan ketika mereka memiliki generasi muda yang tidak berdedikasi (tidak berkualitas) atau memliki generasi muda yang jumlahnya tidak banyak (lihat topik ekonomi demografi).
Negara yang dikuat juga di butuhkan dalam membangun bangsa, yang secara analogi dapat kita katakan bahwa sekuat dan sekokoh apapun kita membangun benteng pertahanan, jika itu dirongrong dari dalam tentu akan runtuh jua. Generasi muda generasi penerus bangsa, pandai menjadi syarat dalam membangun bangsa namun pandai yang oportunis tentu akan meruntuhkan bangsa. Sehingga pandai menjadi tidak cukup dalam membangun bangsa, namun pendirian juga dibutuhkan.
Generasi tua adalah generasi tua yang dalam hitungan tahun mereka akan meninggalkan dunia ini. Dari generasi tua kita akan banyak belajar baik itu hal negative maupun hal positif. Hal negative akan selalu kita ingat sebagai informasi membangun system preventif dan hal positif tentu saja dapat kita lanjutkan untuk mencapai tujuan dari hal positif tersebut.
Masyarakat yang pandai dibutuhkan dengan kondisi optimis dimana masyarakat tersebut memiliki kualitas yang baik serta pemerintahan yang kuat dibutuhkan untuk membangun negara. Jika berangkat dari masyarakat yang pandai namun tidak memiliki kualitas, maka yang terjadi adalah Indonesia saat ini. Mereka keluar untuk mencari wadah tanpa harus berpusing-ria terhadap sepak terjang Indonesia, atau mereka akan memintari orang lain, atau mereka akan lebih memilih hidup tenang dari pada berurusan dengan banyak hal di luar. Sehingga Indonesia dihiasi oleh kata-kata bahwa banyak sumber daya manusia Indonesai yang pandai namun sayang, mereka tidak di Indonesia.
Negara yang bekerja keras dan berkomitmen untuk membangun bangsa, maka akan memunculkan banyak orang pandai di dalamnya. Beginilah kondisi China saat ini. Pendidikan tingkat awal telah mereka gratiskan sejak lama, korupsi diberantas dan sebagainya. Pengembangan ilmu pengetahuan menjadi prioritas, walaupun di awala mereka harus bersusah-ria, namun saat ini mereka telah memetik buah hasil jerih payah yang telah mereka bangun.
Indonesia harus berbenah. Indonesia bukanlah negara di atas kertas yang memiliki angka statistic ini dan itu. Indonesia adalah sekumpulan orang yang lahir dan hidup di dalamnya serta mereka yang menyandang status sebagai warga negara walau berada di luar negeri. Konstribusi sekecil apapun akan sangat bermanfaat buat negara Indonesia.

                                                                                Wuhan, P.R.China 8 November 2015                                                                                                          Hormat saya,
   Putra Indonesia



   Nugroho Suryo Bintoro

Jumat, 02 Oktober 2015

Export-Import Buah

Dear all,

Saat ini, dunia usaha merupakan sektor yang lagi banyak dicari orang di berbagai belahan dunia. walaupun di akhir tahun 2015 dunia usaha sedang mengalami pelemahan, namun demikian tidak hal nya dengan sektor pertanian dan pertanian serta perikanan. Mengapa? dapat dipastikan karena hal tersebut adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh siapapun.

Berawal dari hal tersebut, apabila ada yang memiliki atau mengetahui rekan atau kawan atau jaringan (networking) dalam bidang usaha buah-buahan, maka saya siap untuk menghubungkan dengan exportir buah yang berasal dari china. Adapun buah yang tersedia adalah buah jeruk, pomelo ( di Indonesia dikenal dengan nama jeruk bali), dan anggur (hijau, merah, ungu)

Jika tertarik atau hendak mencari info lebih lanjut dapat menghubungi saya via

email : 2971128132@qq.com

dan saya akan memberikan beberapa dokumentasi mengenai perjalanan saya ke beberapa kebun buah di China. Beberapa akan saya tampilkan disini.

Terimakasih






Jumat, 20 Juni 2014

Nasib Mata Uang Rupiah

Indonesia sebagai "Macan Asia" kini telah menjadi sejarah dan akan terus dikenang tanpa ada pembaharuan lagi setelahnya. Berbagai polemik melanda bangsa Indonesia sejak lama. Polemik yang berkembang dan terus berulang tanpa ada pangkal penyelesaiannya. siapakah yang menerima dampak itu semua? rakyat!

Bicara mengenai polemik yang terjadi dan kaitannya dengan kurs Rupiah merupakan hal yang menarik, coba kita lihat bagaimana pergerakan rupiah selama ini? dan bagaimanakah dampak fluktuasi tersebut?

Banyak pakar yang telah menjabarkan kondisi moneter di Indonesia dan salah satunya adalah institusi negara yang membidangi moneter yakni BI. Tidak hanya berhenti sampai disitu saja, akan tetapi muncul lembaga yang berfungsi untuk mengawasi yakni BSBI (Badan Supervisi Bank Indonesia).

Kurangnya pemanfaatan teknologi untuk sinkronisasi database menjadikan masing-masing lembaga memiliki penilaian tersendiri terhadap kejadian di bidang moneter selama ini. Namun, adakah yang memperhatikan bahwa ternyata kurs rupiah saat ini menjadi anggota dalam 10 mata uang sampah dunia? (cek di: http://www.sayangi.com/ekonomi/keuangan/read/14369/ini-dia-10-besar-uang-sampah-di-dunia-termasuk-rupiah).

Apa hubungan antara polemik dengan kurs Indonesia?

Coba kita perhatikan kembali sejarah pertikaian politik di Indonesia terlebih berkaitan dengan saat-saat pemilu akan diberlangsungkan.

1. Gejolak politik di era kepemimpinan Presiden Soeharto telah menjadikan kurs rupiah terjun bebas 2 digit per USD.
2. Era kepemimpinan berikutnya, Presiden B.J.Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY belum juga mampu menstabilkan kurs rupiah.
3. Kondisi pemilu 2014 yang akan berlangsung, sempat memberikan angin segar atas deklarasi Jokowi sebagai calon presiden 2014. Namun tidak lama kemudian, kembali mengalami depresiasi.

Pembangunan Ekonomi di Indonesia masih belum menyentuh akar permasalahan. Overlapping kebijakan, hukum dan tatanan sosial, dan sebagainya telah menjadikan bangsa ini bangsa yang lemah di mata dunia. Mengapa kita tidak mencoba untuk bangkit? membangun sistem yang apik serta rapi demi kemajuan rakyat.

salam,

Jumat, 10 Januari 2014

Kenaikan Harga BBM, Positif atau Negatif?

Kebijakan menaikkan harga BBM bukanlah yang pertamakali dilakukan oleh Pemerintah Indonesia guna mengurangi besarnya subsidi yang harus dibayarkan oleh Pemerintah.. Namun demikian, kebijakan tersebut tidak kunjung memberikan hasil yang signifikan dikarenakan terus bertambahnya jumlah kendaraan di Indonesia yang dapat dilihat dari tingkat penjualan kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang setiap tahunnya mencapai angkat 5 digit. Apabila kondisi demikian terus terjadi, maka dapat dipastikan bahwa nilai subsidi yang harus dibayarkan oleh Pemerintah Indonesia setiap tahunnya akan mengalami peningkatan. Sebagai salah satu jalan keluar yang dapat ditempuh adalah menaikkan harga jual BBM agar subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah dapat berkurang. Namun apakah hal tersebut menjadi solusi?

Sudut pandang ekonomi mikro menjelaskan dengan hal yang sederhan bahwa  pendapatan total (TR) merupakan hasil perkalian antara harga (P) dengan kuantitas (Q).  jika diinginkan peningkatan pendapatan total, maka dapat dilakukan dengan menurunkah harga atau meningkatankan kuantitas. Jika total pendapatan tersebut kita konversi menjadi total subsidi (s) yang harus dibayarkan oleh pemerintah yakni harga BBM serta kuantitas (Q) yang ditanggung oleh Pemerintah Indonesia, maka diketahui bahwa ketika  harga pasar BBM meningkat, secara otomatis subsidi yang ditanggung oleh pemerintah (seharusnya) menjadi sedikit pula. Hal tersebut tidak akan terjadi apabila terjadi perubahan kuantitas (Q) yang ditanggung menjadi lebih banyak dari kondisi sebelumnya. Dengan kata lain, apabila perubahan kuantitas BBM yang harus ditanggung oleh Pemerintah Indonesia berubah menjadi lebih banyak (Q2>Q1), maka total subdisi  yang harus dibayarkan oleh Pemerintah Indonesia pun akan menjadi lebih banyak dari kondisi awal. Maka, menjadi pertanyaan menarik adalah, "apakah kenaikan harga BBM merupakan solusi? dan apakah dampak positif dan negatif dari kenaikan harga BBM?"

Kebijakan ekonomi tidak akan dapat berjalan efektif apabila kita hanya berpikir dari sudut pandanga mikro atau makro saja. Sudah seharusnya kedua hal tersebut berjalan secara beriringan dan berkesinambungan melalui berbagai fiscal policy yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia.

Secara makro, kenaikan BBM menjadi baik dan mampu memberikan dampak positif apabila pengurangan subsidi diiringi dengan peningkatan pelayanan transportasi publik dengan cara meningkatkan Investasi guna mencapai efisiensi. Dengan demikian, kenaikan BBM hanya sebagai katalisator dalam pencapaian efisiensi bukan sebagai kebijakan andalan. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa:

ketika harga BBM naik, maka subsidi berkurang  -> pengurangan subsidi dialihakan kepada sektor Investasi yang akan memberikan efisiensi.

Efisiensi tidak akan dicapai secara langsung, melainkan dalam jangka panjang apabila Investasi dapat berjalan dengan lancar. Investasi disini dapat diterjemahkan ke dalam penambahan infrastruktur serta fasilitas transportasi publik yang akan mengurangi biaya kemacetan.

Secara mikro, pemerintah dapat mengambil kebijakan dengan cara mengharuskan pengendara plat hitam menggunakan BBM jenis pertamax dan pengendara sependa motor boleh menggunakan premium non-subsidi dan hanya mobil plat kuning saja yang diperbolehkan menggunakan BBM bersubsidi. Dengan kata lain, bagi masyarakat yang memiliki kendaraan transportasi sejenis pick-up diwajibkan untuk merubah plat kendaraannya menjadi plat kuning.

Dampak positif yang akan dirasakan yakni:
1. Bertambahnya pemasukan negara yang berasal dari penambahan jumlah kendaraan plat kuning.
2. berkurangnya subsidi pemerintah terhadap BBM dikarenakan kendaraan roda 4 telah menggunakan BBM jenis pertamax.

Namun demikian, tidak hanya dampak positif saja yang akan muncul akan tetapi dampak negatif yakni:
1. Gejolak masyarakat yang akan timbul dikarenakan pengalihan jenis BBM.
2. Terjadinya penurunan daya beli masyarakat, namun ini akan terjadi dalam jangka pendek, karena masyarakat akan menyesuaikan dalam jangka panjang.

Plagiarism Checker

Dunia Akademik semakin memperketat aturan penulisan terutama berkaitan dengan plagiasi karena banyaknya artikel yang terpublikasi. Disatu si...